Blogger news

Kamis, 14 Februari 2013

Opini - Maraknya Tauran Antar Pelajar di Indonesia

" Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE ...
Tawuran antar pelajar di daerah terutama kota-kota besar sering terjadi dan seolah menjadi tradisi bagi pelajar seperti yang terjadi baru-baru ini,  seperti yang terjadi pada Alawy Yusianto Putra  pelajar kelas X SMA 6 Jakarta tewas dalam tawuran dengan SMA 70di Bulungan, 24 September 2012 lalu. 

tawuran tersebut, bukan hal yang baru terjadi karena kedua sekolah tersebut berseteru sejak puluhan tahun lalu. Hal ini diangkat kembali dan kemungkinan akan tenggelam begitu saja tanpa penyelesaian yang tuntas dan akan naik kembali menjadi pemberitaan hangat di masa yang akan datang. 


Oleh karena demikian melihat karakteristik masyarakat yang terfokus pada sebuah masalah kemudian mencoba mengobati masalah dengan cara singkat, misalnya menandatangani surat perjanjian, menurunkan polisi di daerah rawan, menghukum seberat-beratnya pelaku sebagai efek jera pagi pelaku lain selain menggelar berbagai penyuluhan.

Bila hal-hal tersebut diatas terus dilakukan.Akan menjadi peristiwa yang sama terulang (de javu). Untuk itu perlu melakukan evaluasi pada pendidikan. Tidak ada ilmu yang mengajarkan untuk berbuat jahat. Tapi mengapa pada penerapannya, seakan anak-anak muda berusia tanggung ini lupa ingatan dengan apa yang telah mereka pelajari.

Menurut pengamatan, adanya pengkotak-kotakan antara kehidupan di rumah, di sekolah, dan lingkungan bermain yang memiliki rule sendiri dan seakan terpisah dengan kotak yang lain. Sebagai contoh anak harus menghormati orang tua, pernyataan ini hanya dimasukan dalam kotak pelajaran budi pekerti dan tidak masuk dalam kotak kehidupan dalam keluarga. Maka anak-anak tidak merasa bersalah ketika dalam kehidupan nyata, mereka tidak menghormati orang tua mereka namun di sisi lain mereka mendapat nilai A untuk mata pelajaran budi pekerti ataupun agama,asungguh menyedihkan. Perlu adanya penghubung antara ilmu yang didapat dengan penerapan ilmu di kehidupan nyata, tidak hanya pelajaran diatas kertas.

Hal lain yang tak kalah penting adalah pelajaran yang begitu banyak diterima anak di sekolah hingga menimbulkan stres tersendiri. Stres itu dikatakan tidak merusak jika anak memiliki manajemen stres yang baik, tapi jika tidak punya maka stres bisa dilampiaskan dengan cara yang tidak wajar seperti berkelahi, narkoba, hingga bunuh diri. Setiap anak harus belajar berbagai pelajaran dan belum tentu anak menguasai semua sehingga harus mengambil les privat dan merelakan jam bermain mereka. Tidak heran anak akhirnya menjadi pemberontak dan menjadikan jam belajar mereka menjadi jam bermain dengan perilaku yg tampak seperti tidak serius di kelas, bolos, memberontak dan lain-lain.

Selain itu masih banyak faktor lainnya seperti pengaruh media, game, gambar diri 'hero' yang salah, kurangnya tempat penyaluran yang positif bagi tenaga yang berlebihan, kurangnya penghargaan bagi prestasi anak-anak,dan lain-lain. Membentuk anak yang berakhlak sangat baik dilakukan dari usia dini, perlu mengenali kelebihan anak dari usia dini lalu mendukung mereka, kenali kekurangan anak dari usia dini lalu terimalah kekurangan itu dan mendorong mereka maju semampu mereka bukan semau kita. Maka anak dengan sendirinya memiliki pribadi yang sehat secara psikologis.


Oleh : 
M.Topik
  

0 komentar:

Posting Komentar