Opini - PKS Diterpa Isu Suap, Aher Yakin Menang
"
Normal
0
false
false
false
IN
X-NONE
X-NONE
...
TEMPO.CO, Subang - Tim sukses pasangan cagub Jawa Barat
nomor urut 4, Ahmad Heryawan-Dedy Mizwar menyatakan tak terusik dengan
ditetapkannya Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq, sebagai tersangka kasus suap
impor daging oleh KPK.
"Pengaruhnya tidak signifikan," kata Ketua Tim Sukses Aher-Dedy Mizwar, Agus Masykur, saat dihubungi Tempo, Kamis, 31 Januari 2013. Seperti diketahui, calon gubernur Aher-Dedy Mizwar diusung PKS dan PPP. PKS sebagai partai pendukung utama, pamornya diyakini mengalami kemerosotan tajam setelah Luthfi Hasan Ishaaq ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi.
"Pengaruhnya tidak signifikan," kata Ketua Tim Sukses Aher-Dedy Mizwar, Agus Masykur, saat dihubungi Tempo, Kamis, 31 Januari 2013. Seperti diketahui, calon gubernur Aher-Dedy Mizwar diusung PKS dan PPP. PKS sebagai partai pendukung utama, pamornya diyakini mengalami kemerosotan tajam setelah Luthfi Hasan Ishaaq ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi.
Menurut Agus, dalam pemilihan gubernur yang akan berlangsung pada 24 Februari
2013 tersebut, faktor yang terpenting untuk menjadi penilaian para calon
pemilih bukan partai pengusungnya, melainkan para figur yang diusungnya.
"Figur yang jadi pertimbangan dominan masyarakat dalam menentukan
pilihannya," ujar Agus. Ia tetap optimistis bahwa pasangan Aher-Dedy
Mizwar di dapil Subang akan meraup suara cukup signifikan. "Target kami
dapat 40 persen suara."
Dikutip dari Tempo.co
penulis : Nanang Sutisna
BANTAHAN
Hasil survei
Pusat Kajian dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), menunjukkan calon gubernur
Dede Yusuf yang diusung Partai Demokrat dan Ahmad Heryawan yang dijagokan
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bersaing ketat. Keduanya memiliki kans
memenangkan Pilgub Jabar. Aher dan
Deddy Mizwar mengantongi suara 30,8 persen dari 1.250 responden yang disurvei
pada 2-7 Februari 2013 silam. Sedangkan tingkat elektabilitas Dede dengan pasangannya
Lex Laksamana mencapai 27,4 persen.
Posisi
ketiga ditempati pasangan Rieke Dyah Pitaloka dan Teten Masduki dengan 18,40
persen. Sementara di urutan keempat dan kelima masing-masing ditempati pasangan
Irianto MS Saifuddin (Yance) dan Tatang Farhanul dengan 15,20 persen dan
pasangan Dikdik M Arief dan Cecef Nana Suryana Toyib yang mendapat 1,76 persen
suara responden. Dengan
tingkat kesalahan survei lebih kurang 1,5-2,8 persen dengan tingkat kepercayaan
95 persen, selisih suara Aher/Demiz (ADEM) dan Dede-Lex Laksamana (DeLman)
tidak signifikan secara statistik. Artinya, bisa jadi sebetulnya DeLman
yang berada di posisi pertama, lebih tinggi sedikit dari ADEM.
Jika
dibandingkan survei Puskaptis yang pertama November 2012, ADEM mengalami
defisit dukungan sebesar 4% sementara DeLman mampu meningkatkan
elektabilitasnya sekitar 6% dalam 2 bulan. Potret elektabilitas pada November
2012 lalu adalah: Aher-Deddy menempati urutan pertama dengan raihan 34,8
persen. Menempel ketat di urutan selanjutnya adalah Dede Yusuf-Lex Laksmana
dengan elektabilitas sebesar 21,2 persen. Sedangkan di urutan ketiga adalah
Rieke Dyah Pitaloka-Teten Masduki dengan 15,7 persen.
Kemudian
Irianto MS Syaifiuddin atau Yance-Tatang Farhanul Hakim dengan 7,3 persen.
Sedangkan duet Dikdik Mulyana Arif Mansur-Cecep Nana Suryana Toyib menempati
urutan buncit dengan hanya 1,9 persen. Kenaikan
elektabilitas pasangan DeLman, Nengtet (Oneng-Teten) dan Rantang
(Irianto-Tatang) diikuti dengan turunnya pemilih mengambang dari 19% menjadi
hanya 6.8% pada awal Februari 2013. Ini berarti, menjelang hari pemilihan,
responden semakin firm dengan pilihannya, dan cenderung untuk tidak memilih
ADEM.
Survei
diadakan persis setelah kasus penangkapan Presiden PKS saat itu oleh KPK.
Barangkali ini yang menjelaskan turunnya dukungan terhadap ADEM sampai 4%. Survei oleh
lembaga lain, LSI, yang diadakan di pertengahan bulan Januari 2013, menunjukkan
pasangan DeLman unggul dengan 35,8% sedangkan ADEM meraih 27,4%. Tapi survei
ini menyasar lebih sedikit responden (hanya 440) dan tingkat kesalahannya 4,8%.
Intinya sama, ADEM dan DeLman masih bisa saling bertukar posisi.
Bagaimana
hasil akhir?
Prediksi
saya, pemenang pilgub Jabar akan mengantongi suara sekitar 31% saja. Dia bisa
ADEM ataupun DeLman. Artinya, pilgub hanya akan berlangsung satu putaran saja.
Patut disyukuri. Karena ini berarti menghemat biaya pemilu dan juga enerji
rakyat (kabar buruk buat konsultan survei, hehehe…). Kalau sampai 2 putaran,
ADEM dan DeLman akan bertarung ulang head-to-head. Bila itu terjadi, sudah
hampir pasti pupuslah harapan ADEM mempertahankan singgasana Jabar 1.
Siapapun
pemenangnya pada pilgub ini, apakah ADEM ataupun DeLman, mesti diingat bahwa
mereka hanya akan meraih suara sedikit di atas 30%. Artinya, hampir 70% pemilih
sebetulnya menolak mereka. Tapi itulah demokrasi.
Oleh :
Rasikhah
rasikhah2@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar